![]() |
| (Pixabay) |
Berpikir positif dalam kehidupan memang baik. Namun, jika terlalu positif juga
akan berbahaya, lho!. Sebab, hidup tidak selamanya positif, sesekali kita dihadapkan
oleh kondisi yang menyakitkan hingga muncul berbagai emosi.
Ketika melihat teman sedang bersedih, kita sering mengutarakan kata-kata penyemangat untuknya seperti “Yuk, bisa yuk” atau “Nanti juga berlalu, tenang saja”. Namun, tanpa disadari kata-kata tersebut bisa membuat seseorang atau bahkan diri sendiri menepis semua emosi negatif. Nah, kondisi seperti ini disebut Toxic Positivity.
Melansir dari Healthline, seorang Psikolog Klinis
asal Pennsylvania bernama Dr. Jaime Zuckerman mengatakan, toxic
positivity adalah asumsi baik oleh diri sendiri atau orang lain. Terlepas dari
rasa sakit emosional seseorang atau situasi sulit, mereka hanya boleh memiliki
pola pikir positif.
Pendapat lain yang dilansir dari Bustle, Karen R. Koenig, LCSW mengatakan, toxic positivity melibatkan fokus dengan membiarkan diri sendiri merasakan atau hanya mengekspresikan emosi yang dianggap positif oleh budaya kita karena membuat diri kita merasa baik.
Jadi, toxic positivity adalah perilaku atau usaha seseorang untuk selalu berpikir dan
berbuat positif dengan tidak mempedulikan seberapa buruk kondisi yang sedang
dialami, sehingga mengabaikan emosi dan perasaan negatifnya. Dengan kata lain, Toxic
Positivity hanya berfokus pada hal-hal yang positif saja.
Sering kita dengar istilah “It’s Okay Not To Be Okay”, yang artinya tidak masalah jika kita sedang dalam kondisi yang tidak baik baik saja, karena semua orang berhak mengekspresikan emosi negatifnya. Tak perlu berpura-pura bahagia di depan orang lain, sampai mengabaikan perasaan yang sebenarnya.
Selain itu, menekan emosi negatif juga tidak membuat
perasaan yang sebenarnya hilang. Justru akan semakin menumpuk, dan akan berdampak
bahaya bagi kesehatan mental.
Kalimat positif yang sering dilontarkan kepada seseorang yang sedang mengalami situasi sulit, terkesan seperti menghakimi, bahkan terlihat tidak memiliki empati. Sebab, kalimat tersebut berbanding terbalik dengan apa yang dirasakannya. Oleh karena itu, kita harus menghindari kalimat yang menjurus ke arah toxic positivity.
Mengapa Toxic Positivity Berbahaya?
Melansir dari Verywellmind, toxic positivity dapat membahayakan seseorang yang sedang mengalami situasi sulit.
- Memalukan
Ketika seseorang sedang mengalami kondisi yang buruk, perlu diketahui bahwa emosi mereka sebenarnya valid atau benar. Namun, adanya toxic positivity ini justru memberi tahu jika emosi yang dirasakan tidak dapat diterima.
- Merasa Bersalah
Ini menyampaikan pesan, jika kamu tidak menemukan cara untuk merasa positif bahkan dalam menghadapi masalah, itu berarti kamu melakukan sesuatu yang salah.
- Menekan Emosi Asli
Toxic positivity ini menghindar dari situasi emosional yang mungkin membuat seseorang merasa tidak nyaman. Saat mulai merasakan emosi yang sulit, seseorang akan mengabaikan atau menyangkalnya.
- Hindari Mengabaikan Emosi
Berusaha untuk menerima emosi yang sedang kamu rasakan mulai dari yang baik sampai buruk. Jangan mengabaikan emosi tersebut karena akan membuat perasaan tidak nyaman di dalam diri. Cobalah untuk mengeluarkan seluruh emosi negatif yang bisa dituang dalam bentuk tulisan atau lisan.
- Dengarkan dan Tunjukkan Dukungan pada Orang Lain
Saat seseorang sedang mengekspresikan emosi negatifnya, jangan memberinya nasihat dengan kalimat-kalimat toxic, seperti “Semua ada hikmahnya”, “Bersyukur, masih banyak yang lebih buruk daripada kamu”, dan lainnya. Kalimat bisa diganti dengan memberi tahu bahwa apa yang dirasakannya itu normal, dan kamu ada di sana untuk mendengarkannya.
- Bersikap Realistis Tentang Apa yang Dirasakan
Wajar bila seseorang yang sedang menghadapi situasi sulit merasakan stres, khawatir, atau takut. Namun, jangan terlalu larut dalam kesedihan. Berusaha bangkit, fokus pada perawatan
diri dan mengambil jalan keluar untuk kondisi tersebut.
Perasaan atau emosi negatif itu
penting dan perlu dirasakan. Lebih baik menerima apa adanya dan berdamai dengan
perasaan yang sedang kamu rasakan, agar tidak terjebak dalam toxic positivity. Sebab, mengeluarkan
semua emosi negatif bisa membuat diri dan hatimu menjadi lega.

0 Komentar